Corona virus desease 2019 atau lebih akrab dikenal sebgai Covid-19 sudah merajalela di bumi pertiwi kita. Kasus yang bermula hanya menjangkit dua orang sepasang ibu dan anak di awal Maret, sekarang ketika tulisan ini dibuat (11/10/20) tercatat sebanyak 328.952 orang dinyatakan positif dan angka kematian mencapai 11.665 jiwa seperti yang dilansir oleh situs web resmi covid19.go.id.
Angka ini barang tentu bukanlah angka yang sedikit. Perkembangan korban meningkat tajam dari hari ke hari, semakin banyak, tak terkendali. Pemerintahpun tak tinggal diam. Lockdown, Pembatasan Sosial Berskala Besar (PSBB), karantina, isolasi mandiri, dan rapid test massal sudah dikerahkan. Namun, apa daya usaha manusia tidak sejalan dengan penurunan korban.
Tujuh bulan lamanya fenomena ini terjadi, mau tidak mau ini semua mengubah berbagai aspek kehidupan kita, baik ekonomi, kesehatan, sosial, pendidikan, bahkan agama sekalipun. Salah satu dampaknya adalah diberlakukannya Pembelajaran Jarak Jauh (PJJ). Mahasiswa yang biasanya berkuliah dan berorganisasi sembari mengembangkan kemampuan diri di lingkungan kampus, sekarang tidak bisa seperti sedia kala. Bahkan, Gus Romzi, asisten staff khusus kepresidenan pernah menyampaikan bahwa pandemi ini memang membuat para aktifis kebingungan, mereka harus berpikir ekstra untuk menyelaraskan realita dan tujuan organisasi yang mereka geluti. Ya, mau tidak mau organisasi dan pengembangan skill harus tetap jalan walaupun di masa pandemi.
Kita harus tetap bergerak untuk tetap produktif dengan menghasilkan karya atau menambah pengetahuan baru, walaupun keadaan menuntut untuk serba dalam jaringan (daring). Daring bukan alasan untuk berleha-leha. Produktif dan kreatif harus tetap jalan,
Hakikatnya, daring bagi santri memberikan kita banyak kesempatan untuk belajar dari berbagai macam sumber yang kita inginkan, tak terbatas pada ilmu dari almamater pondok saja. Beda halnya ketika kegiatan masih dilakukan seperti biasanya ketika dilaksanakan secara luar jaringan (luring). Seringkali kita ingin mengikuti beberapa kegiatan dalam satu waktu, tapi terhambat oleh waktu karena beberapa acara bentrok. Bisa juga ketika ada kegiatan dalam satu hari tapi jaraknya berjauhan, kita dituntut untuk memilih salah satu kegiatan saja.
Bandingkan dengan kegiatan daring. Ilmu dan infromasi bisa kita dapatkan dari berbagai sumber. Berbagai macam webinar dari A sampai Z bertebaran di mana-mana, baik yang gratis maupun berbayar, kita bisa menikmatinya cukup hanya dengan duduk di rumah, tanpa harus antri tiket dan berdesak-desakkan. Bukan hanya webinar dan pengembangan keterampilan dari satu organisasi yang mana kita terjun di sana, melainkan kita juga diberi kebebasan untuk mendapatkan pengetahuan baru. Bukan sekedar menimba ilmu dari pondok tercinta, tapi bisa juga dari ulama-ulama Islam di Indonesia, bahkan dunia. Baik dengan membuka kanal YouTube atau webinar-webinar gratis dengan aplikasi meeting.
Dari sini semua kita bisa menarik kesimpulan bahwa pandemi bukanlah halangan untuk produktif mengembangkan skill masing-masing. Bahkan, realitanya seseorang akan mendapatkan skill baru terutama yang berhubungan dengan penguasaan teknologi.
Santri harus mengambil peran dalam hal ini. bukankah ini kesempatan besar untuk menggaungkan nilai-nilai keislaman lewat digital? Karena sekarang orang-orang lebih tertarik memegang gawainya setiap saat dibanding menghadiri majlis pengajian. Bukan fenomena ini yang harus disalahkan. Namun yang harus dipikirkan adalah bagaimana peran santri menghadapi situasi ini.
Orang-orang sudah candu dengan media sosial. PR santri adalah masuk ke lingkungan mereka dengan menghadirkan dakwah yang menarik lewat media sosial. Lagi pula, media dakwah tak terbatas pada masjid dan tabligh akbar saja bukan? Oleh karenanya mari kita sama-sama memaksimalkan media sosial, baik itu Instagram, facebook, YouTube, TikTok, dan lainnya untuk diisi dengan konten-konten yang bermanfaat sekaligus menarik, terlebih dalam menyiarkan ajaran Islam.
Selain itu semua, ada lagi hal-hal yang seyogyanya dilakukan oleh santri selama pandemi ini. Kenapa? Tentu agar kemampuan santri bisa lebih berkembang lagi. Hal-hal ini diantaranya:
1. 1. Sering-seringlah ikut lomba
Bukan tanpa alasan, kegiatan lomba adalah salah satu cara untuk tetap produktif di kala pandemi. Banyak sekali lomba yang diadakan berbagai instansi baik nasional maupun internasional. Dikarenakan pandemi, mayoritas kegiatan ini biasanya diadakan secara daring. Misalnya saja di bulan Oktober ini, perguruan tinggi berlomba-komba untuk mengadakan kegiatan Lomba. Diantaranya ada Sukaarabic Festvial yang diadakan oleh Himpunan Mahasiswa Jurusan Bahasa dan Sastra Arab UIN Sunan Kalijaga, HAMASAH yang diadakan Fakultas Dirasat Islamiyah UIN Syarif Hidayatullah, dan Pekan Arabi yang diadakan oleh Universitas Negeri Malang. Lomba-lomba yang dihadirkan ini beragam, tetapi lebih mengarah dalam pengembangan Bahasa arab, seperti debat Bahasa Arab, Musabaqah Tilawatil Qur’an dan Taqdimul Qishoh.
Bukan hadiah atau kemenagan yang menjadi target utama. Namun, jadikanlah lomba ini sebagai ajang untuk berproses mengasah diri menjadi lebih baik. Selain itu juga melatih keberanian karena kita akan bertemu dengan banyak lawan dari bebagai daerah yang mana mereka juga mempunyai kemampuan tersendiri. Di sinilah kita bisa engambil manfaat alias beristifadah dari keadaan yang ada.
Ambil contoh, kamu sekarang sedang bergelut di dunia debat Bahasa arab. Kemudian kamu memutuskan untuk mengikuti lomba debat Bahasa arab. Otomatis kamu akan bertemu banyak lawan dari berbagai instansi dari seluruh penjuru Indonesia, tak terbatas dari Pulau Jawa. Awal mula berkompetisi, kamu hanya membekali diri dengan ilmu yang kamu dapat dari instansi tempat kamu benaung di bawahnya. Namun, setelah bertanding dengan berbagai lawan kamu akan menemukan ilmu dbaru dari mereka. Kamu bisa mengamati bagaimana lawan menyampaikan argumennya ketika debat Bahasa arab. Kamu catat trik-trik lawan bagaimana cara mereka menyampaikan argumen dengan menarik dan meyakini dewan juri. Sekali lagi, kamu catat itu. Dengan ini semua, bukan tidak mungkin kamu bisa beristifadah dari lomba ini. bahkan, ini adalah kesempatan kamu untuk berkemban menjadi pribadi yang lebih baik, yaitu dengan menerapkan ilmu yang didapat dari lawan. Tak lupa, setelah itu menyebarkannya kepada teman-teman.
2. 2. Kuasai teknologi
Zaman sekarang, melek teknologi dianggap suatu keharusan dan tidak dapat dielakkan lagi. Pasalanya. kita hidup di era 4.0 di mana semua aspek kehidupan bergantung terhadap teknologi. Pun dalam masalah agama. Atau lebih kita spesifikan lagi mengenai penyebarluasan syiar Islam.
Zaman digital yang kita hadapi hari ini memberikan kesempatan emas untuk menyebarkan nilai keislaman tanpa batas. Bagaimana caranya? Mari kita mulai dengan berkontribusi membuat konten-konten media sosial dengan mengandung nilai dakwah Islam, berbagi keindahan Islam. Misalnya dengan membuat konten pelajaran agama, ceramah, podcast islami dan masih banyak lagi. Kita buat konten-konten media sosial dengan ajaran Islam namun dibungkus dengan epik agar orang-orang juga lebih bergairah juga mempelajari ilmu agama. Praktek ini adalah salah satu aplikasi kita terhadap hadis Nabi SAW: “"بلغوا عني ولو أية yang artinya sampaikanlah dariku walau satu ayat.
Lalu bagaimana jadinya jika santri tidak mau mengambil kursi ini? gampang saja, kalau tidak mau, kamu ingin konten-konten di Youtube, Facebook, Instagram, dan Tik Tok dikusasai oleh orang-orang yang tidak memberikan efek positif? kamu rela media sosial hanya berisikan hate speech , pornografi, goyang tik tok tidak jelas, mukbang, dan vlog pacaran artis?
Kita santri, kita harus mempunyai peran bagi Indonesia. Ingatlah kejadian puluhan tahun silam, bagaimana perjuangan santri dan kyai memperjuangkan kemerdekaan Indonesia. Keringat bercucuran, darah menggenang, suara anak-anak menangis kesakitan dan kelaparan.
Kita tak perlu melakukan hal itu semua. Perjuangann kita sederhana, sangat sederhana. Pelajari teknolgi, kuasai, dan sebarkan manfaaat. Awali dengan niat baik, eksekusi, dan jangan takut untuk terus mencoba dan mengembangkan diri.
3. 3. Jangan takut mencoba hal yang baru
Sudah bukan eranya lagi kita mengatakan bahwa santri itu hanya bisa baca kitab dan berbicara Bahasa Arab, santri bisa mengembangkan dirinya lebih lagi di berbagai bidang. Kunci semua ini adalah berani. Ya, beranilah dan jangan takut untuk mencoba. Percayalah, dengan keberanian semua akan mudah dilakoni. Bahkan, menurut kita mustahil dilakukan dan menurut pandangan orang-orang tak mungkin, tapi dengan keberanian smuanya akan menjadi mungkin. Dengan kata lain, keberanian adalah kunci kesuksesan.
Jangan puas dengan kemampuan yang sudah mendarah daging dalam diri pribadi. Namun, coba kembangkan lagi, kira-kira skill apa yang bisa menunjang kemampuan lainnya. Karena waktu tak berhenti di detik ini saja, jam akan terus berputar berkesinambungan. Di setiap detiknya, cobalah untuk menemukan hal-hal baru, pupuklah rasa penasaran, agar diri tak pernah bosan untuk berkembang.
Santri dikenal dengan jago kitabnya dan pemahman agama yang mumpuni. Nah, untuk menyebarkan kebermanfaatan kamu, tidak mungkin kan kamu mendatangi rumah satu demi satu, mengisi pengajian dari majlis ta’lim yang satu ke majlis lai’lim lainnya untuk mengajar agama. Ada cara yang lebih mudah, yaitu dengan mengunggah video ke YouTube.
Langkah selajutnya, agar konten video yang kamu buat lebih bisa diterima masyarakat, tentu video ini butuh sentuhan suntingan. Suntingan ini gampang dipelajari asal kamu berani untuk mencoba hal-hal yang baru. Caranya sederhana, unduh aplikasi sunting, pelajari tata cara menyunting dari YouTube, ikut kepelatihan gratis yang ada di Telegram dan Whatssap, lalu kembangkan, kembangkan, dan kembangkan lagi sampai dirasa video yang kamu sunting sudah bagus. Jangan berhenti di sana, dengan ditambah jam terbang yang tinggi, kualitas video kamu akan lebih menarik. Dengan cara ini bukan tidak mungkin konten-konten media sosial akan dikusasi santri yang membawa semangat tinggi dalam menebar kebaikan.
Selain dengan membuat konten video di YouTube, santri juga bisa mengambil peran di dunia literasi. Mari bersama-sama menghilangkan data statistik yang menyatakan Indonesia berada di posisi bawah dalam hal literasi. Dengan literasi penyampaian ajaran Islam juga mudah diterima, yaitu dengan menyebarkannya melalui web-web Islami. Kamu bisa bergabung dengan platform media islami. Jika dirasa masih pemula, kita bisa memulainya dengan mengisi blog pribadi atapun media sosial pribadi.
Mari, saatnya saat santri menguasai dunia dengan lebih mengembangkan lagi keterampilan yang sudah diperoleh dari almamater pondok pesantren. Mari terus berinovasi untuk mengahdirkan dakwah yang inovatif dengan mengambil peran dalam kontribusi konten media sosial. Pandemic bukanlah halangan untuk duduk santai tanpa berbuat apa-apa. Pandemi adalah tantangan untuk lebih bisa kreatif dan maju.
Suci Amalia
Komentar
Posting Komentar