Kehadiran Covid-19 membuat wajah Ramadan tahun ini sepertinya agak berbeda dengan tahun-tahun sebelumnya, bahkan sangat berbeda. Ramadhan yang biasanya diisi dengan ngabuburit, buka bersama, tarawih berjamaah, tadarus qur’an, i’tikaf, dan takbir keliling rupanya harus bersabar untuk direalisasikan tahun depan ketika pandemi ini berkahir. Segala macam ritual ibadah cukuplah dilaksanakan di rumah saja untuk menghindari adanya kerumunan banyak orang.
Kita jangan mengklaim bahwa covid-19 sebagai penghalang ibadah. Ibadah tidaklah dilarang, melainkan caranya saja yang berbeda, yaitu dengan menjadikan rumah sebagai tempat ibadah bagi keluarga. Salat tarawih yang membuat orang-orang berbondong-bondong ke masjid, akan menjadi salah jika tetap dilakukan. Karena kita tahu orang-orang di sekitar kita sudah terpapar virus ini atau tidak, atau malahan kita yang menularkannya kepada orang lain.
Beribadah di rumah tidak akan mengurangi eksistensi dan kualitas ibadah itu sendiri, karena yang terpenting adalah nilai kekhusyuan dan keikhlasan seorang hamba. Bukankah hal ini benar adanya ? Ibadah bukan dinilai dari dzohir atau yang nampak saja, namun adanya keserasian antara gerakan anggota butuh dan keimanan di dalam hati.
Semoga pandemi ini cepat berakhir. Sehingga penduduk bumi bisa melakukan aktivitas kesehariannya seperti sedia kala. Aktivitas yang berbasis online kembali menjadi belajar di kelas, berbelanja di pasar, dan kerja di kantor. Kita akan saling menyapa dengan fisik asli tanpa susah payah memakai sarung tangan dan masker.
Kritik dan saran : @soetjiamalia16 (ig)
Komentar
Posting Komentar